Alfino Online - Final Piala Eropa yang Paling Susah untuk Dilalaikan, Piala Eropa sebagai satu persaingan sepak bola antarnegara di Benua Eropa yang diselenggarakan tiap 4 tahun sekali. Persaingan ini pertama kalinya diadakan di tahun 1960 dan jadi pentas untuk negara di Eropa untuk berkompetisi jadi yang terbaik.
Final Piala Eropa yang Paling Susah untuk Dilalaikan
Di dalam 15 edisi yang sudah dilewati, banyak sinetron yang terjadi, dimulai dari laga pertama sampai laga penutup. Well, berikut 5 final Piala Eropa yang paling susah untuk dilalaikan sejauh riwayat. Memorable!
5. Belanda 2-0 Uni Soviet, Piala Eropa 1988
Menjadi satu diantara kemampuan mengerikan di masa AGEN SLOT TERBAIK 1980-an, Belanda dan Uni Soviet berjumpa dalam pertandingan bertema final Piala Eropa 1988. Tim Oranje yang saat itu ditempati oleh beberapa nama hebat jenis Marco van Basten, Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Ronald Koeman bermain mengagumkan dan sukses meraih kemenangan dengan score 2-0.
Ruud Gullit buka score untuk Belanda di menit ke-32 sebelumnya setelah Igor Belanov tidak berhasil menyelesaikan penalti yang diberi untuk Uni Soviet. Sepuluh menit set ke-2 berguling, Marco van Basten sukses melipatgandakan score untuk Belanda melalui sepakan voli cantiknya dari pojok sempit. Gol itu bahkan juga disebut sebagai salah satunya gol terbaik sejauh riwayat penyelenggaraan Piala Eropa.
4. Cekoslowakia 2-2 Jerman Barat (5-3 dengan beradu penalti), Piala Eropa 1976
Final Piala Eropa 1976 sebagai salah satunya final terkesan sejauh riwayat Piala Eropa. Jerman Barat yang dengan status sebagai juara dunia harus kalah dari Cekoslowakia melalui sinetron beradu penalti. Cekoslowakia unggul 2-0 lebih dulu melalui gol dari Jan Svehlik dan Karol Dobias. Tidak ingin berserah demikian saja, Jerman Barat sukses menyamai score melalui gol dari Dieter Muller dan Bernd Holzenbein.
Dalam sinetron beradu penalti, empat penendang Cekoslowakia sukses jalankan pekerjaannya, sementara satu penendang Jerman Barat tidak berhasil jalankan pekerjaannya. Antonin Panenka sebagai penendang paling akhir secara mengagetkan menyelesaikan bola secara lembut ke tengah. Walau itu jadi opsi beresiko, tehnik sepakan penalti ala-ala Panenka itu jadi terkenal sampai sekarang ini.
3. Denmark 2-0 Jerman, Piala Eropa 1992
Mendekati Piala Eropa 1992, Denmark sebetulnya gagal lolos ke kompetisi yang saat itu tetap berisi 8 negara saja. Tetapi, mereka sukses mendapatkan ticket gratis sesudah Yugoslavia menarik diri karena perang senegara.
Di gelaran itu, Denmark benar-benar tidak difavoritkan, bahkan juga untuk sekedar bisa lolos dari set group. Tetapi, yang terjadi ialah kebalikannya. Danish Dynamite bisa lolos sampai partai final dan melawan Jerman yang saat itu barusan memenangkan Piala Dunia 1990.
Denmark pada akhirnya sukses meraih kemenangan dengan score 2-0 atas Jerman dalam pertandingan final yang diadakan di Ullevi Fase, Gothenburg. Perjuangan Denmark seperti salah satunya cerita dongeng terbaik sejauh riwayat Piala Eropa 2020.
2. Yunani 1-0 Portugal, Piala Eropa 2004
Portugal sebagai tuan-rumah dari ajang Piala Eropa 2004 dan mereka sebagai salah satunya favorite untuk memperoleh piala itu. Ketika bertepatan, team favorit jenis Jerman, Italia, dan Spanyol secara mengagetkan tidak sanggup bisa lolos dari babak group.
Dengan semua factor yang ada dan cuman akan hadapi team surprise Yunani di final, Portugal diprediksikan akan raih gelar pertama mereka di gelaran Piala Eropa 2004. Tetapi, secara mengagetkan Selecao das Quinas harus kalah tipis 1-0 dari Yunani melalui gol dari Angelos Charisteas. Malam itu jadi malam paling besar dalam riwayat Yunani karena mereka sukses mengubah semua perkiraan di Piala Eropa 2004.
1. Prancis 2-1 Italia (sesudah ekstensi waktu), Piala Eropa 2000
Prancis tiba ke final Piala Eropa 2000 dengan status sebagai juara Piala Dunia 1998. Tetapi, Les Bleus di luar sangkaan kesusahan saat hadapi Italia dalam pertandingan final yang saat itu diadakan di De Kuip Fase, Rotterdam.
Italia unggul terlebih dulu di menit ke-55 melalui gol dari Marco Delvecchio. Sedikit kembali jadi juara, Gli Azzurri secara menegangkan harus kecolongan melalui gol Sylvain Wiltord di beberapa detik akhir (menit 90+4). Hasil itu membuat pertandingan harus diteruskan ke set waktu perpanjangan.
Di set waktu perpanjangan, Prancis kembali dinaungi peruntungan sesudah David Trezeguet cetak golden goal. Dalam ketentuan JUDI ONLINE TERPERCAYA golden goal saat itu, jika terjadi gol di set waktu perpanjangan, laga langsung akan disetop dan team yang cetak gol akan diputuskan sebagai juara.